Seni rupa adalah karya cipta
manusia, merupakan curahan isi jiwa (akal, pikiran, dan perasaan) sebagai hasil
sentuhan pengalaman yang berkesan, yang diwujudkan melalui unsur-unsur visual
(rupa) seperti garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan bentuk. Letak
perbedaan antara seni rupa ciptaan orang dewasa/seniman dan ciptaan anak adalah
pada penerapan kaidah dan visi seninya.
Seni rupa karya orang dewasa diukur
dan dinilai dari beberapa aspek, seperti gaya/corak dan alirannya, teknik dan
penggunaan alat serta bahannya, pengorganisasian unsur-unsurnya, pesan yang
dibawakannya, kebaharuan atau kemutakhirannya, kemurnian ciptaannya, dan
sebagainya. Karya orang dewasa dipandang dari aspek nilai seni produknya,
karena wujud karya itulah sebagai target akhir ciptaannya.
Seni rupa bagi anak adalah sebagai
media kegiatan untuk mengembangkan potensi jiwa dalam pengembangan diri.
Pengalaman berseni rupa bagi anak merupakan bagian dari kehidupannya. Melalui
pengalaman berseni rupa, anak mengenal olah pikir, olah rasa, dan olah krida
sebagai perluasan lahan bermain yang harmonis. Dengan mengamati, meniru,
mengangan-angan, mencoba, dan mencipta suatu perwujudan melalui
pengorganisasian unsur-unsur visual, berarti anak telah berseni rupa. Untuk
mewujudkan karyanya dapat melalui penggunaan berbagai alat dan bahan (media)
dengan berbagai ragam caranya. Memandang keberhasilan seni rupa anak bukan
semata-mata hanya dari segi produk ciptaannya saja, bahkan yang lebih penting
adalah dari segi proses penciptaannya. Produk ciptaan bukanlah target akhir
bagi anak. Melakukan kegiatan berseni rupa merupakan lintasan yang sangat
penting bagi anak untuk pertumbuhan jiwa raganya.
MEMBINA SENI RUPA ANAK
A.
Motivasi
Pemberian motivasi merupakan upaya
untuk membangkitkan minat anak terhadap tugas yang akan diberikan untuk
dikerjakan. Model motivasi banyak sekali tergantung tingkat usia anak, keadaan
lingkungan atau suasana, dan arah tujuan permbinaan saat itu. Motivasi dapat
berupa cerita, nyanyian, sentuhan suasana yang aktual, atau rekaman pengalaman
anak yang dapat diungkap kembali.
B.
Peragaan
Peragaan adalah penampilan objekyang
dapat diamati dan diperbincangkan relevan dengan tugas yang akan dilaksanakan
oleh anak. Dalam hal ini objek tersebut berupa contoh hasil karya, tetapi bukan
semata-mata untuk dicontoh, melainkan untuk memperjelas keterangan dan sekaligus
memberikan daya tarik bagi anak. Untuk peragaan ini anak juga dapat langsung
diajak mengamati dan menghayati benda-benda dan keadaan sekitar. Suasana
interaksi antara pembina dan anak harus selalu dikondisikan dalam suasana
segar, bebas, dan gembira.
C.
Pelatihan
Untuk pelatihan dapat dibeikan
setelah anak memahami apa yang diperagakan dan memahami tugas yang disampaikan
oleh pembina. Anak diberi kebebasan menerima makna tugas dan mencoba
menggunakan media yang ada. Dalam proses pelatihan ini terjadi alur penciptaan
yang meliputi penyusunan konsep dan penuangan ide, pengorganisasian unsur-unsur
visual seperti pemilihan objek dan penyusunan komposisi, pengenalan dan
percobaan penggunaan media, diakhiri dengan tahap penyelesaian.
D.
Pemantapan
Dalam tahap ini benar-benar pembina
berperan penuh sebagai pamong yang harus bertindak “Tut Wuri Handayani”.
Pembina yang semula melakukan bimbingan secara klasikal/kelompok bersama-sama,
di sini lebih terarah pada bimbingan individual. Dalam pemantauan, pembina
dapat berdialog langsung dengan setiap anak sesuai dengan permasalahn atau
kesulitan yang dihadapinya. Sifat dialog bernuansa pemberian stimulasi untuk
penemuan pemecahan permasalahan oleh si anak didik.
E.
Pemaparan
Akhir
dari pembinaan berupa pengumpulan karya anak yang dapat dipamerkan atau
dipertunjukkan untuk dapat diamati bersama-sama, jika memungkinkan dapat
dibahas, dibicarakan, dikaji dan didiskusikan oleh anak. Dengan penuh
pertimbangan pembina dapat memberikan pujian untuk hasil yang dikerjakan dengan
bagus. Pada dasarnya pada tahap ini pembina telah melakukan evaluasi.
0 komentar:
Posting Komentar