MAKALAH
KAJIAN
KURIKULUM PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD
Mata Kuliah Pendidikan
Seni Rupa Dan Ketrampilan
Dosen Pengampu : Drs, Edy Siswanto, M.Pd.
Disusun oleh :
Kelompok 3
1.
Havid Muhammad N (10141132) / 4D
2. Titik Arum Ambarsari (10141136)
/ 4D
3. Sulamsih (10141147) / 4D
4. Ulfa Karuniawati (10141155)
/ 4D
5. Dina Susiana (10141159) / 4D
6. Suliandari (10141168) / 4D
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
IKIP
PGRI MADIUN
2012
KATA
PENGANTAR
Syukur alkhamdulillah
kelompok kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah-NYA
serta ridho-NYA, sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “KAJIAN
KURIKULUM PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD”.
Makalah ini dapat digunakan
sebagai wahana untuk penguasaan materi,
sebagai
pengetahuan, peningkatan kreativitas,
dan menambah wawasan pembaca. Cara penyajiannya yang
bervariasi dan tidak mengacu pada satu sumber, dapat memotivasi para pembaca.
Dalam
penyusunan makalah
ini tidak terlepas dari bimbingan serta bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
rasa rendah hati dan terima kasih yang sebesar – besarnya kami haturkan.
Akhir
kata, kelompok kami berharap semoga makalah
ini
diridhoi-Nya dan bermanfaat. Kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Madiun, 25 Maret 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan
nasional yang berdasarkan Pancasila
dan
Undang-undang Dasar 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut, pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam
Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lamp.
Permendiknas No.22 Tahun 2006: 1). Untuk mengimplementasikan konsep pendidikan
nasional pada satuan pendidikan, terutama pada satuan pendidikan dasar, perlu
ditanamkan nilai-nilai kehidupan dan kesenian agar kehidupannya kelak lebih
bermakna.
Seni rupa di sekolah dasar merupakan suatu mata
pelajaran yang mudah dilakukan. Barangkali setiap guru yang berminat mengajar
menggambar bisa melakukan pembelajaran seni rupa di sekolah dasar. Namun, perlu
diketahui bahwa pendidikan seni rupa di sekolah dasar adalah suatu fondasi pada
kegiatan seni, suatu pendidikan nilai yang akan menanamkan rasa indah pada
setiap siswa.
Tahap-tahap perkembangan anak dapat dikelompokkan
menjadi enam tahapan, yaitu :
1. Masa mencoreng (scribbling) usia 2-4 tahun,
2. Masa prabagan (preschematic) usia 4-7 tahun,
3. Masa bagan (schematic) usia 7-9 tahun,
4. Masa realisme awal (drawing realism) usia 9-12 tahun,
5. Masa naturalisme semu (pseudo naturalism) usia 12-14
tahun,
6. Masa penentuan (period of decicion) usia 14-17 tahun,
(dalam Prawira, 2004:140).
Berdasarkan temuan Lowenfeld, siswa SD kelas 1 berada
pada tahapan prabagan yaitu tahapan dimana ia telah melalui masa mencoreng
sebab pada masa mencoreng tersebut dilaksanakan siswa sewaktu ia berada
ditingkat playgroup dan taman kanak-kanak. Pada tahapan itu, anak sudah
mengenali bentuk-bentuk alam, sesuai dengan kapasitas rekaman pada otaknya dan
dengan kemampuan skill untuk menggambar anak akan mengekspresikan rekaman idea
tersebut disesuaikan dengan kemampuan menggambarnya. Kemampuan merekam apa yang
dihayati dari alam tersebut merupakan kemampuan meresepsi pada suatu stimulus
(tanggapan terhadap objek), yang melibatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang dapat dijabarkan menjadi tiga permasalahan, yaitu ilmu pengetahuan,
estetika dan etika. Berkaitan dengan hal tersebut bahasanya dimula dari :
estetika, ilmu pengetahuan dan etika (nilai). Berdasarkan uraian tersebut perlu
dipikirkan bagaimana kurikulum yang akan dipakai agar pembelajaran seni rupa di
sekolah dasar yang merupakan pendidikan nilai dapat dilakukan secara
proporsional dan professional.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan seni rupa?
2. Bagaimana kurikulum yang dipakai dalam pendidikan seni rupa di SD?
3. Bagaimana evaluasi pendidikan seni rupa di SD?
4. Bagaimana kedudukan seni rupa ditingkat Sekolah Dasar?
1.3
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa seni rupa itu,
2. Untuk mengetahui kurikulum yang dipakai dalam pendidikan
seni rupa di SD,
3. Untuk mengetahui evaluasi pendidikan pada seni rupa,
4. Untuk mengetahui kedudukan seni rupa di Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Seni
Rupa
Seni
rupa merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam bentuk
visual dan rabaan. Seni rupa berperanan dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu
dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya
seni rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta
memiliki kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Dengan memahami
makna tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan
kesenangan. Pembelajaran
seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang
bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi
siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa
ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.
Materi
pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan
penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa.
Materi apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau
makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi
yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi
pelajaran apresiasi seni pada pendidikan Dasar dan Menengah meliputi pengenalan
terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang
bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain
pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan
tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa
dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.
Berkarya
seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni
rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk
membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti
menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan
menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga
perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas
sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi.
Mengolah
media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun
unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam
mengolah media, siswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai
bahan, dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun
kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk, siswa perlu diberi kesempatan
untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat pribadi.
Dalam
kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya teman
atau orang lain. Pembahasan karya seni rupa di sini merupakan proses analisis
kritis, meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang
dianalisis adalah gaya, teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui
kegiatan ini, siswa dapat mengasah keterampilan pengamatan visualnya.
Pembelajaran kritik seni rupa memberikan
pengenalan dan latihan menggunakan bahasa dan terminologi seni rupa untuk
mendeskripsikan dan memberikan tanggapan terhadap karya seni rupa. Tanggapan
ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni rupa, seperti aspek-aspek
taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak). Pembelajaran
kritik seni juga melatih kemampuan untuk memahami makna-makna yang disampaikan
melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.
Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas dan pameran di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan pengorganisasian pameran, meliputi perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.
Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas dan pameran di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan pengorganisasian pameran, meliputi perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.
2.2 Kurikulum Seni Rupa Di Sekolah Dasar
Kurikulum adalalah segala
aktifitas dan pengalaman belajar yang diprogramkan dan diselenggarakan sekolah
untuk peserta didiknya untuk mencapai tujuan tertentu. Pada hakikatnya
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan bisa disusun berdasarkan kemampuan
sekolah dengan selalu memperhatikan petunjuk kompetensi dasar pada kurikulum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan pengelompokan mata pelajaran
di SD/MI sampai di tingkat SLTA, prinsip pengembangan kurikulum, didasarkan
pada tujuh prinsip, yaitu :
- Berpusat potensi, berkembang, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,
- Beragam dan terpadu,
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
- Relavan dengan kebutuhan kehidupan
- Menyeluruh dan berkesinambungan,
- Belajar sepanjang hayat
- Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut pelaksanaan
kurikulum didasarkan potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik
harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu serta memperoleh kesempatan
untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.
Kurikulum dilaksanakan dalam
suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan
menghargai, akrab, terbuka dan hangat dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.
Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber
belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar, dengan prinsip alam
terkambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang
dimasyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan
sumber belajar, contoh dan teladan). Kurikulum dilaksanakan dengan
mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk
keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
Dengan mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan
perkembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan menandai antar kelas dan jenis serta jenjang
pendidikan. Pendidikan seni rupa memiliki sifat multilingual, multidimensional,
dan multikultural. Multilingual bermakna mengembangkan kemampuan
mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa
rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna
pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman,
analisis, dan evaluasi). Apresiasi, dan kreasi dengsn cara memadukan secara
harmonis unsur estetika, logika. Kinestetika, dan etika. Sifat multikultural
mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan
apresiasi terhadap beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal itu merupakan
wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan hidup secara beradab serta
toleran dalam masyarakat dalam budaya yang majemuk. Seni rupa merupakan
ekspresi estetik, yang bersifat kelompok atau perorangan, yang merupakan salah
satu kebutuhan integrative manusia, yang muncul dari dorongan dalam diri
manusia secara hakiki. Seni rupa juga berwujud tindakan-tindakan interaksi
berpola, antara seniman (pencipta seni), karya seni, dan masyarakat penikmat
serta pendukungnya. Seni yang bersifat tradisi, maupun yang sudah
dikembangkannya merupakan strategi adaptif dalam mempertahankan, dan
mengembangkan kesenian dan lingkungan serta sumber daya yang ada
disekelilingnya. Seni rupa tidak terlepas dengan masalah pengalaman estetis
yang terjadi pada masing-masing individu karena pengalaman estetis merupakan
salah satu cara untuk membentuk kepekaan seseorang terhadap keindahan seni,
maupun keindahan alam. Tahap awal dalam penemuan pengalaman estetis, dengan
cara menikmati sesuatu hal yang menyenangkan, misal dengan melihat suatu
pemandangan alam, mendengarkan lagu, membaca novel, melihat teater, mengunjungi
museum, atau merasakan kelembutan hembusan angin pegunungan. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (Iswidayati. 2005:195).
Seni merupakan bentuk
tertinggi dari aktivitas yang komunikatif (A Richards, 1929, dalam Sayuti,
2004). Pandangan itu mengimplikasikan bahwa
studi seni dapat diberikan, teks seni terdiri atas seperangkat tanda
yang merupakan bagian dari proses komunikasi antara teks dan audiens. Teks seni
dilihat sebagai suatu pesan yang dicerna oleh audiens dan dikirim oleh
pengirim. Alasan itu merupakan starting
point bagi kebanyakan teori dalam seni. Lotman (1977) memandang seni
sebagai suatu cara komunikasi yang spesifik, sebagai suatu bahasa yang disusun
dengan cara yang aneh (tidak biasa). Ia memberi istilah bahasa dalam suatu arti
yang sangat luas, yang umumnya dalam semiotik disebut suatu sistem yang diatur,
yang berperan sebagai sarana komunikasi dan yang memakai tanda-tanda. Oleh
karena itu, seni rupa dengan suatu generator bahasa yang terorganisasi dengan
apik. Artinya memang terdapat bahasa seni disamping terdapat pula hubungan antara
bahasa dan teks-teks artistik tertentu (Sayuti, 2004:1).
Pendidikan seni rupa yang
diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap
kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman
estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui
pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni.
Pendidikan seni rupa memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik
yang harmonis dengan memerhatikan pembentukan perkembangan anak dalam mencapai
multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal,
visual spasial, musical, linguistik, logik matematik, naturalis serta
kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral,
dan kecerdasan emosional. Untuk mewadahi konsepsi-konsepsi tentang seni rupa
tersebut, dalam kurikulum 2006, pendidikan seni rupa telah dirancang
kegiatannya adalah sebagai berikut :
Kelas dan Topik Pembelajaran
|
Kegiatan Pembelajaran
|
|
Apresiatif
|
Produksi
|
|
Kelas 1
Semester 1
|
Mengidentifikasi
unsur seni rupa pada benda di alam sekitar, dan menunjukkan sikap apresiatif
pada benda di alam sekitar.
|
Mengekspresikan
melalui gambar ekspresif, dan dalam teknik menggunting/ menyobek
|
Kelas 1
Semester 2
|
Mengidentifikasi
unsur seni rupa pada benda di alam sekitar, dan menunjukkan sikap apresiatif
pada benda di alam sekitar.
|
Mengekspresikan
diri melalui gambar akspresif melalui karya dua dimensi dengan teknik
menempel.
|
Kelas 2
Semester1
|
Mengenal unsur
seni rupa pada karya seni rupa, dan menunjukkan apresiatif pada karya seni
rupa.
|
Mengekspresikan
diri melalui gambar ekspresif melalui teknik cetak tunggal.
|
Kelas 2
Semester2
|
Mengidentifikasi
unsur seni rupa pada karya seni rupa, dan menunjukkan sikap apresiatif pada
karya seni rupa tiga dimensi.
|
Mengekspresikan
diri melalui gambar ekspresif, melalui cetak timbul.
|
Kelas 3
Semester 1
|
Menjelaskan
simbol dalam karya seni rupa dua dimensi, dan menunjukkan sikap apresiatif
terhadap symbol dalam karya seni rupa dua dimensi.
|
Mengekspresikan
diri melalui gambar imajinatif mengenai diri sendiri melalui gambar dekoratif
dan motif hias daerah setempat.
|
Kelas 3 Semester
2
|
Menjelaskan
simbol dalam karya.
|
Mengekspresikan
diri melalui gambar seni rupa tiga dimensi, dan menunjukkan sikap apresiatif
dalam karya seni rupa tiga dimensi imajinatif mengenai alam sekitar, dan
member hiasan /warna pada benda tiga dimensi.
|
Kelas 4
Semester 1
|
Menjelaskan
makna seni rupa terapan,
Mengidentifikasi
jenis karya seni rupa terapan yang ada didaerah setempat.
Menunjukkan
sikap apresiatif terhadap kesesuaian fungsi karya seni rupa terapan, dan
menunjukkan sikap apresiatif terhadap keartistikan terhadap karya seni rupa
terapan.
|
Mengekspresikan
diri melalui gambar ilustrasi dengan tema benda alam : buah-buahan, tangkai,
kerang, dsb.
Memamerkan
hasil gambar ilustrasi dengan tema benda alam : buah-buahan, tangkai, kerang,
dsb.
|
Kelas 4 Semester
2
|
Menjelaskan
makna seni rupa murni, dan mengidentifikasi jenis karya seni rupa murni yang
ada di daerah setempat.
Menampilkan
sikap apresiatif terhadap arya seni rupa murni.
|
Mengekspresikadiri
melalui karya seni rupa dalam bentuk relief plastisin/tanah liat dengan pola
seni hias, menyiapkan karya seni rupa untuk pameran, serta menata pameran
karya seni rupa dalam bentuk pameran kelas.
|
Kelas 5
Semester 1
|
Menjelaskan
makna motif hias, mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni Nusantara
daerah setempat.
|
Mengekspresikan
diri melalui gambar dekoratif dengan motif hias Nusantara, gambar ilustrasi
dengan tema hewan dan kehidupannya, serta membuat motif hias jumputan.
|
Kelas 5
Semester 2
|
Mengidentifikasi
jenis motif hias pada karya seni Nusantara, dan menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikkan motif hias karya seni Nusantara.
|
Membuat topeng
secara kreatif dalam hal teknik dan bahan, mengekspresikan diri melalui
gambar ilustrasi manusia dan kehidupannya, menyiapkan karya seni rupa yang
diciptakan untuk pameran kelas, dan menata pameran seni rupa dalam bentuk
pameran kelas
|
Kelas 6
Semester1
|
Mengidentifikasi
jenis motif hias pada karya seni Nusantara, menjelaskan cara membatik,
menampakkan sikap apresiatif terhadap motif hias karya seni Nusantara daerah
lain.
|
Membatik
dengan teknik sederhana, mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi dengan
tema sesuai dengan suasana sekitar sekolah, merancang boneka, membuat boneka
berdasarkan rancangan.
|
Kelas 6
Semester 2
|
Mengidentifikasi
jenis motif hias pada karya seni Nusantara, menjelaskan cara membatik,
menampakkan sikap apresiatif terhadap motif hias karya seni Nusantara daerah
lain.
|
Menggambar
ilustrasi suasana alam sekitar, menyiapkan karya seni untuk pameran, dan
menata karya seni rupa untuk pameran kelas.
|
2.3 Evaluasi Program Pendidikan Seni Rupa
Dalam pembelajaran seni,
diperlukan evaluasi untuk mengevaluasi program yang dilaksanakan, proses
pembelajaran, dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi dipublikasikan melalui
orang tua siswa, semua guru, dan kelembagaannya. Evaluasi pada program
pembelajaran dan strategi pembelajarannya merupakan hal yang vital karena
keberhasilan pembelajaran amat tergantung pada program yang dirancang beserta
perangkatnya. Rancangan program pembelajaran yang dibuat oleh guru pada setiap
tingkatan kelas, perlu dievaluasi.
Evaluasinya dikaitkan dengan
tujuan yang hendak dicapainya. Didalam standar kompetensi pendidikan seni,
mengapresiasi karya seni rupa adalah upaya untuk bisa menghargai karya teman
sejawat dan sekaligus menilai hasil. Tujuannya, membentuk sikap toleransi yang
akan berdampak pada nilai sosial kemasyarakatan bagi siswa. Dalam mengapresiasi
hasil karya seni teman sejawat, anak diajarkan menilai karya temannya dengan
menyebutkan berbagai alasan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya.
Anak bisa menilai baik, tentunya ia bisa menjelaskan mengapa karya temannya itu
baik, begitu juga siswa bisa menilai kurang yang harus dibarengi dengan
kemampuan menjelaskan mengapa ia menilai kurang. Kemampuan mengapresiasi karya
seni hasil teman sejawatnya itu merupakan balikan bagi guru untuk melakukan
strategi pembelajaran, dan pembimbingannya. Saat siswa dalam proses berkarya
(pembelajaran), guru bisa membimbing setiap siswa secara individual,
berdasarkan kemampuan siswa menganalisis hasil karya temannya. Hal tersebut
digunakan guru untuk memberikan bimbingan untuk mengembangkan imajinasi anak
dalam berkarya seni. Hal itu berlaku pada semua kegiatan yang berkaitan dengan
pembelajaran seni, yaitu seni rupa, musik dan tari. Artinya, seni untuk
pendidikan adalah pemberian kemampuan untuk menghargai karya seni teman, dan
secara berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan berkarya seni sesuai dengan
tingkatan umur dan kemampuan. Setelah program pembelajaran bersama strateginya dievaluasi,
hal yang juga dirasa amat penting adalah mengevaluasi guru seni. Apakah guru
seni mampu menjadi fasilitator dalam pembelajaran seni, apakah ia mampu
memotivasi setiap siswa secara individual, apakah ia mampu melakukan inovasi
pembelajaran, dan apakah ia juga mencatat semua permasalahan yang ditemukan
dikelas dan berupaya untuk menemukan solusinya. Bila guru seni telah melakukan
semua hal tersebut, predikat pendidikan seni itu kompeten untuk melaksanakan
pendidikan seni.
Setelah mengevaluasi program
pembelajaran, strategi pembelajaran, dan pelaksana pembelajaran yang perlu
dievaluasi adalah sumber-sumber pembelaran seni yang digunakan oleh guru seni
tersebut. Berbagai sumber belajar bisa diberikan kepada siswa agar siswa
mendapatkan pengalaman banyak yang berbasis pada lingkungannya. Pengalaman yang
berbasis lingkungan sekitarnya yang mempunyai makna mengenali lingkungannya
dari dekat, mudah dan dapat dicerna dengan mudah. Dalam arti siswa mampu
menganalisis seni berbasis lingkungan. Dari uraian tersebut, evaluasi
pembelajaran seni dapat dipilih sebagai berikut :
- Evaluasi kurikulum pendidikan seni, yang berkaitan dengan :
a.
Evaluasi tujuan
umum pendidikan seni,
b.
Evaluasi
bermaknaan pendidikan seni,
c.
Evaluasi
sumber-sumber yang digunakan sebagai pendukung pembelajaran dalam pendidikan
seni, seperti sumber-sumber ideologis, psikologis, financial dan fisik.
- Evaluasi pembelajaran seni yang berkaitan dengan :
a.
Teknik
mengomunikasikan konsep-konsep tentang seni,
b.
Perlakuan secara
individual dan sosial dalam kelas,
c.
Pengarahan
pola-pola perilaku siswa dengan berbagai motivasinya,
d.
Kemampuan guru
dalam bidang seni,
e.
Keterampilan
guru dalam pembelajaran seni dengan berbagai inovasi pembelajarannya,
f.
Sikap guru
kepada siswa yang berkaitan dengan keadilan, kemanusiaan dan kesosialannya.
- Evaluasi pembelajaran yang berkaitan dengan :
a.
Media
pembelajaran yang digunakan,
b.
Bentuk-bentuk
penilaian proses dan hasil pembelajaran seni
c.
Keterlibatan
siswa dalam ikut menilai hasil karya seninya dan hasil teman sebayanya.
- Bila setiap guru memahami bentuk bagaiman mengelola kegiatan pembelajaran seni rupa dan menilai karya seni yang dimulai dari persiapan, proses dan hasilnya dengan menggunakan berbagai pertimbangan penilaian dan semuanya diimplementasikan pada pembelajaran seni rupa pada setiap tingkat dan jenjang pendidikan, hasilnya akan diterima oleh masyarakat dengan baik sehingga tujuan pendidikan yang mencerminkan pendidikan nilai, agar siswa mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan cita-cita yang diamanatkan oleh UU Pendidikan tersebut amat berat namun bisa dicapai secara bertahap, dan dimulai sejak usia dini. Bila penanaman nilai sejak usia dini telah ditanamkan dan penanaman tersebut berkesinambungan sampai pada tingkat pendidikan menengah, apa yang dicita-citakan tersebut dapat dicapai.
2.4
Kedudukan Seni
Rupa di Tingkat Sekolah Dasar
Seni
rupa di sekolah dasar merupakan suatu mata pelajaran yang mudah dilakukan.
Barangkali, setiap guru yang berminat mengajar menggambar bisa melakukan
pembelajaran seni rupa di sekolah dasar. Namun, perlu diketahui bahwa
pendidikan seni rupa di sekolah dasar adalah suatu fondasi pada kegiatan seni,
suatu pendidikan nilai, yang akan menanamkan rasa indah pada setiap siswa.
Setiap anak pada masa anak-anak mempunyai tahapan perkembangan yang perlu
diperhatikan bagi guru seni rupa.
Mata
pelajaran seni rupa merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di sekolah
dasar di tingkat sekolah dasar. Mata pelajaran ini disajikan dari kelas 1 SD
sampai jenjang berikutnya. Dengan alokasi waktu yang disediakan dan bahan
ajaran yang cukup beragam pada umumnya para guru terutama guru SD, tidak dapat
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar itu sebagaimana mestinya. Berdasarkan
beberapa penelitian (Syafii, 1999) menunjukkan bahwa para guru menunjukkan
bahwa para guru merasa tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk mengajarkan
materi-materi tersebut. Mereka merasa tidak berbakat, oleh karena menurut
anggapan mereka, guru yang mengajar pendidikan seni harus memiliki bakat.
Disamping itu mereka juga berpendapat bahwa pendidikan seni merupakan pelajaran
yang tidak penting. Alasan mereka adalah bahwa pelajaran seni termasuk mata
pelajaran yang tidak diunaskan. Bahkan diantara mereka ada yang setuju jika
mata pelajaran seni rupa dihapus dari struktur program kurikulum.
Kondisi
nyata atas kegiatan pembelajaran seni rupa ini sungguh sangat menyedihkan.
Menurut anggapan para ahli pendidikan seni rupa ini merupakan sarana yang paling
efektif bagi pendidikan kreatifitas. Pendidikan seni juga dapat menjadi sarana
pendidikan afektif dalam kerangka memfasilitasi ekspresi dan bakat anak.
Disamping itu juga pendidikan seni dapat menjadi wahana pendidikan ketrampilan.
Jadi secara konseptual pendidikan seni amat besar peranannya bagi pendidikan
anak, terutama di SD.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seni rupa adalah jenis seni yang menggunakan media atau unsur-unsur rupa
(visual), unsur-unsur yang dapat di indera oleh mata. Kurikulum pada tingkat
satuan pendidikan bisa disusun berdasarkan kemampuan sekolah dengan selalu
memperhatikan petunjuk kompetensi dasar pada kurikulum yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Sebagian besar sekolah dasar masih menggunakan kurikulum 2006
karena pada dasarnya kita masih mengacu pada kurikulum tersebut.
Dalam pendidikan seni rupa, kegiatan evaluasi itu sangat penting untuk
bisa menghargai karya teman sejawat, menilai hasil karya diri sendiri maupun
orang lain, serta mengetahui keberhasilan pembelajaran pada program yang
dirancang beserta perangkatnya. Kedudukan pendidikan seni
rupa merupakan
sarana yang paling efektif bagi pendidikan kreatifitas. Pendidikan seni juga
dapat menjadi sarana pendidikan afektif dalam kerangka memfasilitasi ekspresi
dan bakat anak. Disamping itu juga pendidikan seni dapat menjadi wahana
pendidikan ketrampilan. Jadi secara konseptual pendidikan seni amat besar
peranannya bagi pendidikan anak, terutama di SD.
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru sebaiknya tidak mengesampingkan pendidikan seni
rupa meskipun mata pelajaran ini tidak di unaskan, sebab dalam pendidikan seni
rupa siswa dapat menyalurkan kreatifitas dan bakatnya. Sehingga guru harus
menjadi fasilitator dan sebagai penyalur bakat yang dimiliki siswa. Guru harus
kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dalam bidang seni rupa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Syafii, dkk. 2004. Materi dan Pembelajaran Kertakes
SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Kamaril cut, dkk. 2002. Pendidikan Seni Rupa /
Kerajinan Tangan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Nasution S. 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Udanarto. 1990. Pendidikan Seni Rupa : Buku Guru SD. Jakarta :
Depdikbud.
Bahari Nooryan. 2008. Kritik Seni : Wacana Apresiasi
dan Kreasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
http://pdfcast.org/download/kajian-kebijakan-kurikulum-seni-budaya.pdf
(Diakses pada 23-03-2012, 08.40)
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kurikulum%20pendidikan%20seni%20rupa%20sd&source=web&cd=3&sqi=2&ved=0CC0QFjAC&url=http%3A%2F%2Fgugurmayang.net78.net%2Findex.php%3Foption%3Dcom_phocadownload%26view%3Dcategory%26id%3D1%3Amaterikuliah%26download%3D7%3Akurri%26Itemid%3D54&ei=r2xsT7yQFofwrQfq6-yUAg&usg=AFQjCNE7bIZ-cQ8J-4PPyG_GjWUDqi68HA&cad=rja
(Diakses pada 23-03-2012, 09.00)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/modul%20pembelajaran%20seni%20rupa.pdf (Diakses pada 23-03-2012, 09.00)
0 komentar:
Posting Komentar