PERBEDAAN SENI RUPA ANAK DENGAN ORANG DEWASA

Jumat, 27 Juli 2012


Seni rupa adalah karya cipta manusia, merupakan curahan isi jiwa (akal, pikiran, dan perasaan) sebagai hasil sentuhan pengalaman yang berkesan, yang diwujudkan melalui unsur-unsur visual (rupa) seperti garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan bentuk. Letak perbedaan antara seni rupa ciptaan orang dewasa/seniman dan ciptaan anak adalah pada penerapan kaidah dan visi seninya.

Seni rupa karya orang dewasa diukur dan dinilai dari beberapa aspek, seperti gaya/corak dan alirannya, teknik dan penggunaan alat serta bahannya, pengorganisasian unsur-unsurnya, pesan yang dibawakannya, kebaharuan atau kemutakhirannya, kemurnian ciptaannya, dan sebagainya. Karya orang dewasa dipandang dari aspek nilai seni produknya, karena wujud karya itulah sebagai target akhir ciptaannya.

Seni rupa bagi anak adalah sebagai media kegiatan untuk mengembangkan potensi jiwa dalam pengembangan diri. Pengalaman berseni rupa bagi anak merupakan bagian dari kehidupannya. Melalui pengalaman berseni rupa, anak mengenal olah pikir, olah rasa, dan olah krida sebagai perluasan lahan bermain yang harmonis. Dengan mengamati, meniru, mengangan-angan, mencoba, dan mencipta suatu perwujudan melalui pengorganisasian unsur-unsur visual, berarti anak telah berseni rupa. Untuk mewujudkan karyanya dapat melalui penggunaan berbagai alat dan bahan (media) dengan berbagai ragam caranya. Memandang keberhasilan seni rupa anak bukan semata-mata hanya dari segi produk ciptaannya saja, bahkan yang lebih penting adalah dari segi proses penciptaannya. Produk ciptaan bukanlah target akhir bagi anak. Melakukan kegiatan berseni rupa merupakan lintasan yang sangat penting bagi anak untuk pertumbuhan jiwa raganya.

MEMBINA SENI RUPA ANAK
A.   Motivasi
Pemberian motivasi merupakan upaya untuk membangkitkan minat anak terhadap tugas yang akan diberikan untuk dikerjakan. Model motivasi banyak sekali tergantung tingkat usia anak, keadaan lingkungan atau suasana, dan arah tujuan permbinaan saat itu. Motivasi dapat berupa cerita, nyanyian, sentuhan suasana yang aktual, atau rekaman pengalaman anak yang dapat diungkap kembali.
B.   Peragaan
Peragaan adalah penampilan objekyang dapat diamati dan diperbincangkan relevan dengan tugas yang akan dilaksanakan oleh anak. Dalam hal ini objek tersebut berupa contoh hasil karya, tetapi bukan semata-mata untuk dicontoh, melainkan untuk memperjelas keterangan dan sekaligus memberikan daya tarik bagi anak. Untuk peragaan ini anak juga dapat langsung diajak mengamati dan menghayati benda-benda dan keadaan sekitar. Suasana interaksi antara pembina dan anak harus selalu dikondisikan dalam suasana segar, bebas, dan gembira.
C.   Pelatihan
Untuk pelatihan dapat dibeikan setelah anak memahami apa yang diperagakan dan memahami tugas yang disampaikan oleh pembina. Anak diberi kebebasan menerima makna tugas dan mencoba menggunakan media yang ada. Dalam proses pelatihan ini terjadi alur penciptaan yang meliputi penyusunan konsep dan penuangan ide, pengorganisasian unsur-unsur visual seperti pemilihan objek dan penyusunan komposisi, pengenalan dan percobaan penggunaan media, diakhiri dengan tahap penyelesaian.
D.   Pemantapan
Dalam tahap ini benar-benar pembina berperan penuh sebagai pamong yang harus bertindak “Tut Wuri Handayani”. Pembina yang semula melakukan bimbingan secara klasikal/kelompok bersama-sama, di sini lebih terarah pada bimbingan individual. Dalam pemantauan, pembina dapat berdialog langsung dengan setiap anak sesuai dengan permasalahn atau kesulitan yang dihadapinya. Sifat dialog bernuansa pemberian stimulasi untuk penemuan pemecahan permasalahan oleh si anak didik.
E.   Pemaparan
Akhir dari pembinaan berupa pengumpulan karya anak yang dapat dipamerkan atau dipertunjukkan untuk dapat diamati bersama-sama, jika memungkinkan dapat dibahas, dibicarakan, dikaji dan didiskusikan oleh anak. Dengan penuh pertimbangan pembina dapat memberikan pujian untuk hasil yang dikerjakan dengan bagus. Pada dasarnya pada tahap ini pembina telah melakukan evaluasi.

0 komentar: