MAKALAH KELOMPOK TENTANG KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD

Sabtu, 14 Juli 2012


MAKALAH
KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD
Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa Dan Ketrampilan
Dosen Pengampu : Drs, Edy Siswanto, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 3
1.      Havid Muhammad N  (10141132) / 4D
2.      Titik Arum Ambarsari (10141136) / 4D
3.      Sulamsih                      (10141147) / 4D
4.      Ulfa Karuniawati         (10141155) / 4D
5.      Dina Susiana                (10141159) / 4D
6.      Suliandari                    (10141168) / 4D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012

KATA PENGANTAR
Syukur alkhamdulillah kelompok kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah-NYA serta ridho-NYA, sehingga kelompok kami  dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD”.
Makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk penguasaan materi, sebagai pengetahuan, peningkatan kreativitas, dan menambah wawasan pembaca. Cara penyajiannya yang bervariasi dan tidak mengacu pada satu sumber, dapat memotivasi para pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan serta bantuan berbagai pihak, oleh karena itu rasa rendah hati dan terima kasih yang sebesar – besarnya kami haturkan.
Akhir kata, kelompok kami berharap semoga makalah ini diridhoi-Nya dan bermanfaat. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.


Madiun, 25 Maret 2012


Penulis












BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lamp. Permendiknas No.22 Tahun 2006: 1). Untuk mengimplementasikan konsep pendidikan nasional pada satuan pendidikan, terutama pada satuan pendidikan dasar, perlu ditanamkan nilai-nilai kehidupan dan kesenian agar kehidupannya kelak lebih bermakna.
Seni rupa di sekolah dasar merupakan suatu mata pelajaran yang mudah dilakukan. Barangkali setiap guru yang berminat mengajar menggambar bisa melakukan pembelajaran seni rupa di sekolah dasar. Namun, perlu diketahui bahwa pendidikan seni rupa di sekolah dasar adalah suatu fondasi pada kegiatan seni, suatu pendidikan nilai yang akan menanamkan rasa indah pada setiap siswa.
Tahap-tahap perkembangan anak dapat dikelompokkan menjadi enam tahapan, yaitu :
1.      Masa mencoreng (scribbling) usia 2-4 tahun,
2.      Masa prabagan (preschematic) usia 4-7 tahun,
3.      Masa bagan (schematic) usia 7-9 tahun,
4.      Masa realisme awal (drawing realism) usia 9-12 tahun,
5.      Masa naturalisme semu (pseudo naturalism) usia 12-14 tahun,
6.      Masa penentuan (period of decicion) usia 14-17 tahun, (dalam Prawira, 2004:140).
Berdasarkan temuan Lowenfeld, siswa SD kelas 1 berada pada tahapan prabagan yaitu tahapan dimana ia telah melalui masa mencoreng sebab pada masa mencoreng tersebut dilaksanakan siswa sewaktu ia berada ditingkat playgroup dan taman kanak-kanak. Pada tahapan itu, anak sudah mengenali bentuk-bentuk alam, sesuai dengan kapasitas rekaman pada otaknya dan dengan kemampuan skill untuk menggambar anak akan mengekspresikan rekaman idea tersebut disesuaikan dengan kemampuan menggambarnya. Kemampuan merekam apa yang dihayati dari alam tersebut merupakan kemampuan meresepsi pada suatu stimulus (tanggapan terhadap objek), yang melibatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat dijabarkan menjadi tiga permasalahan, yaitu ilmu pengetahuan, estetika dan etika. Berkaitan dengan hal tersebut bahasanya dimula dari : estetika, ilmu pengetahuan dan etika (nilai). Berdasarkan uraian tersebut perlu dipikirkan bagaimana kurikulum yang akan dipakai agar pembelajaran seni rupa di sekolah dasar yang merupakan pendidikan nilai dapat dilakukan secara proporsional dan professional.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan seni rupa?
2.      Bagaimana kurikulum yang dipakai dalam pendidikan seni rupa di SD?
3.      Bagaimana evaluasi pendidikan seni rupa di SD?
4.      Bagaimana kedudukan seni rupa ditingkat Sekolah Dasar?
1.3  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui apa seni rupa itu,
2.      Untuk mengetahui kurikulum yang dipakai dalam pendidikan seni rupa di SD,
3.      Untuk mengetahui evaluasi pendidikan pada seni rupa,
4.      Untuk mengetahui kedudukan seni rupa di Sekolah Dasar.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Seni Rupa
                        Seni rupa merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam bentuk visual dan rabaan. Seni rupa berperanan dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Dengan memahami makna tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan. Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.
Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pelajaran apresiasi seni pada pendidikan Dasar dan Menengah meliputi pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi.
Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, siswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan, dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk, siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat pribadi.
Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya teman atau orang lain. Pembahasan karya seni rupa di sini merupakan proses analisis kritis, meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah gaya, teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah keterampilan pengamatan visualnya.
Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan bahasa dan terminologi seni rupa untuk mendeskripsikan dan memberikan tanggapan terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni rupa, seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak). Pembelajaran kritik seni juga melatih kemampuan untuk memahami makna-makna yang disampaikan melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.
Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas dan pameran di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan pengorganisasian pameran, meliputi perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.
2.2 Kurikulum Seni Rupa Di Sekolah Dasar
Kurikulum adalalah segala aktifitas dan pengalaman belajar yang diprogramkan dan diselenggarakan sekolah untuk peserta didiknya untuk mencapai tujuan tertentu. Pada hakikatnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan bisa disusun berdasarkan kemampuan sekolah dengan selalu memperhatikan petunjuk kompetensi dasar pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan pengelompokan mata pelajaran di SD/MI sampai di tingkat SLTA, prinsip pengembangan kurikulum, didasarkan pada tujuh prinsip, yaitu :
  1. Berpusat potensi, berkembang, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,
  2. Beragam dan terpadu,
  3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
  4. Relavan dengan kebutuhan kehidupan
  5. Menyeluruh dan berkesinambungan,
  6. Belajar sepanjang hayat
  7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut pelaksanaan kurikulum didasarkan potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.
Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada. Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam terkambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang dimasyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. Dengan mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan perkembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan menandai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan. Pendidikan seni rupa memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, dan evaluasi). Apresiasi, dan kreasi dengsn cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika. Kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal itu merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dalam budaya yang majemuk. Seni rupa merupakan ekspresi estetik, yang bersifat kelompok atau perorangan, yang merupakan salah satu kebutuhan integrative manusia, yang muncul dari dorongan dalam diri manusia secara hakiki. Seni rupa juga berwujud tindakan-tindakan interaksi berpola, antara seniman (pencipta seni), karya seni, dan masyarakat penikmat serta pendukungnya. Seni yang bersifat tradisi, maupun yang sudah dikembangkannya merupakan strategi adaptif dalam mempertahankan, dan mengembangkan kesenian dan lingkungan serta sumber daya yang ada disekelilingnya. Seni rupa tidak terlepas dengan masalah pengalaman estetis yang terjadi pada masing-masing individu karena pengalaman estetis merupakan salah satu cara untuk membentuk kepekaan seseorang terhadap keindahan seni, maupun keindahan alam. Tahap awal dalam penemuan pengalaman estetis, dengan cara menikmati sesuatu hal yang menyenangkan, misal dengan melihat suatu pemandangan alam, mendengarkan lagu, membaca novel, melihat teater, mengunjungi museum, atau merasakan kelembutan hembusan angin pegunungan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (Iswidayati. 2005:195).
Seni merupakan bentuk tertinggi dari aktivitas yang komunikatif (A Richards, 1929, dalam Sayuti, 2004). Pandangan itu mengimplikasikan bahwa  studi seni dapat diberikan, teks seni terdiri atas seperangkat tanda yang merupakan bagian dari proses komunikasi antara teks dan audiens. Teks seni dilihat sebagai suatu pesan yang dicerna oleh audiens dan dikirim oleh pengirim. Alasan itu merupakan starting point bagi kebanyakan teori dalam seni. Lotman (1977) memandang seni sebagai suatu cara komunikasi yang spesifik, sebagai suatu bahasa yang disusun dengan cara yang aneh (tidak biasa). Ia memberi istilah bahasa dalam suatu arti yang sangat luas, yang umumnya dalam semiotik disebut suatu sistem yang diatur, yang berperan sebagai sarana komunikasi dan yang memakai tanda-tanda. Oleh karena itu, seni rupa dengan suatu generator bahasa yang terorganisasi dengan apik. Artinya memang terdapat bahasa seni disamping terdapat pula hubungan antara bahasa dan teks-teks artistik tertentu (Sayuti, 2004:1).
Pendidikan seni rupa yang diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni. Pendidikan seni rupa memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memerhatikan pembentukan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musical, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional. Untuk mewadahi konsepsi-konsepsi tentang seni rupa tersebut, dalam kurikulum 2006, pendidikan seni rupa telah dirancang kegiatannya adalah sebagai berikut :
Kelas dan Topik Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Apresiatif
Produksi
Kelas 1 Semester 1
Mengidentifikasi unsur seni rupa pada benda di alam sekitar, dan menunjukkan sikap apresiatif pada benda di alam sekitar.
Mengekspresikan melalui gambar ekspresif, dan dalam teknik menggunting/ menyobek
Kelas 1 Semester 2
Mengidentifikasi unsur seni rupa pada benda di alam sekitar, dan menunjukkan sikap apresiatif pada benda di alam sekitar.
Mengekspresikan diri melalui gambar akspresif melalui karya dua dimensi dengan teknik menempel.
Kelas 2 Semester1
Mengenal unsur seni rupa pada karya seni rupa, dan menunjukkan apresiatif pada karya seni rupa.
Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif melalui teknik cetak tunggal.
Kelas 2 Semester2
Mengidentifikasi unsur seni rupa pada karya seni rupa, dan menunjukkan sikap apresiatif pada karya seni rupa tiga dimensi.
Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif, melalui cetak timbul.
Kelas 3 Semester 1
Menjelaskan simbol dalam karya seni rupa dua dimensi, dan menunjukkan sikap apresiatif terhadap symbol dalam karya seni rupa dua dimensi.
Mengekspresikan diri melalui gambar imajinatif mengenai diri sendiri melalui gambar dekoratif dan motif hias daerah setempat.
Kelas 3 Semester 2
Menjelaskan simbol dalam karya.
Mengekspresikan diri melalui gambar seni rupa tiga dimensi, dan menunjukkan sikap apresiatif dalam karya seni rupa tiga dimensi imajinatif mengenai alam sekitar, dan member hiasan /warna pada benda tiga dimensi.
Kelas 4 Semester 1
Menjelaskan makna seni rupa terapan,
Mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan yang ada didaerah setempat.
Menunjukkan sikap apresiatif terhadap kesesuaian fungsi karya seni rupa terapan, dan menunjukkan sikap apresiatif terhadap keartistikan terhadap karya seni rupa terapan.
Mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi dengan tema benda alam : buah-buahan, tangkai, kerang, dsb.
Memamerkan hasil gambar ilustrasi dengan tema benda alam : buah-buahan, tangkai, kerang, dsb.
Kelas 4 Semester 2
Menjelaskan makna seni rupa murni, dan mengidentifikasi jenis karya seni rupa murni yang ada di daerah setempat.
Menampilkan sikap apresiatif terhadap arya seni rupa murni.
Mengekspresikadiri melalui karya seni rupa dalam bentuk relief plastisin/tanah liat dengan pola seni hias, menyiapkan karya seni rupa untuk pameran, serta menata pameran karya seni rupa dalam bentuk pameran kelas.
Kelas 5 Semester 1
Menjelaskan makna motif hias, mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni Nusantara daerah setempat.
Mengekspresikan diri melalui gambar dekoratif dengan motif hias Nusantara, gambar ilustrasi dengan tema hewan dan kehidupannya, serta membuat motif hias jumputan.
Kelas 5 Semester 2
Mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni Nusantara, dan menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikkan motif hias karya seni Nusantara.
Membuat topeng secara kreatif dalam hal teknik dan bahan, mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi manusia dan kehidupannya, menyiapkan karya seni rupa yang diciptakan untuk pameran kelas, dan menata pameran seni rupa dalam bentuk pameran kelas
Kelas 6 Semester1
Mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni Nusantara, menjelaskan cara membatik, menampakkan sikap apresiatif terhadap motif hias karya seni Nusantara daerah lain.
Membatik dengan teknik sederhana, mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi dengan tema sesuai dengan suasana sekitar sekolah, merancang boneka, membuat boneka berdasarkan rancangan.
Kelas 6 Semester 2
Mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni Nusantara, menjelaskan cara membatik, menampakkan sikap apresiatif terhadap motif hias karya seni Nusantara daerah lain.
Menggambar ilustrasi suasana alam sekitar, menyiapkan karya seni untuk pameran, dan menata karya seni rupa untuk pameran kelas.

2.3 Evaluasi Program Pendidikan Seni Rupa
Dalam pembelajaran seni, diperlukan evaluasi untuk mengevaluasi program yang dilaksanakan, proses pembelajaran, dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi dipublikasikan melalui orang tua siswa, semua guru, dan kelembagaannya. Evaluasi pada program pembelajaran dan strategi pembelajarannya merupakan hal yang vital karena keberhasilan pembelajaran amat tergantung pada program yang dirancang beserta perangkatnya. Rancangan program pembelajaran yang dibuat oleh guru pada setiap tingkatan kelas, perlu dievaluasi.
Evaluasinya dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapainya. Didalam standar kompetensi pendidikan seni, mengapresiasi karya seni rupa adalah upaya untuk bisa menghargai karya teman sejawat dan sekaligus menilai hasil. Tujuannya, membentuk sikap toleransi yang akan berdampak pada nilai sosial kemasyarakatan bagi siswa. Dalam mengapresiasi hasil karya seni teman sejawat, anak diajarkan menilai karya temannya dengan menyebutkan berbagai alasan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya. Anak bisa menilai baik, tentunya ia bisa menjelaskan mengapa karya temannya itu baik, begitu juga siswa bisa menilai kurang yang harus dibarengi dengan kemampuan menjelaskan mengapa ia menilai kurang. Kemampuan mengapresiasi karya seni hasil teman sejawatnya itu merupakan balikan bagi guru untuk melakukan strategi pembelajaran, dan pembimbingannya. Saat siswa dalam proses berkarya (pembelajaran), guru bisa membimbing setiap siswa secara individual, berdasarkan kemampuan siswa menganalisis hasil karya temannya. Hal tersebut digunakan guru untuk memberikan bimbingan untuk mengembangkan imajinasi anak dalam berkarya seni. Hal itu berlaku pada semua kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran seni, yaitu seni rupa, musik dan tari. Artinya, seni untuk pendidikan adalah pemberian kemampuan untuk menghargai karya seni teman, dan secara berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan berkarya seni sesuai dengan tingkatan umur dan kemampuan. Setelah program pembelajaran bersama strateginya dievaluasi, hal yang juga dirasa amat penting adalah mengevaluasi guru seni. Apakah guru seni mampu menjadi fasilitator dalam pembelajaran seni, apakah ia mampu memotivasi setiap siswa secara individual, apakah ia mampu melakukan inovasi pembelajaran, dan apakah ia juga mencatat semua permasalahan yang ditemukan dikelas dan berupaya untuk menemukan solusinya. Bila guru seni telah melakukan semua hal tersebut, predikat pendidikan seni itu kompeten untuk melaksanakan pendidikan seni.
Setelah mengevaluasi program pembelajaran, strategi pembelajaran, dan pelaksana pembelajaran yang perlu dievaluasi adalah sumber-sumber pembelaran seni yang digunakan oleh guru seni tersebut. Berbagai sumber belajar bisa diberikan kepada siswa agar siswa mendapatkan pengalaman banyak yang berbasis pada lingkungannya. Pengalaman yang berbasis lingkungan sekitarnya yang mempunyai makna mengenali lingkungannya dari dekat, mudah dan dapat dicerna dengan mudah. Dalam arti siswa mampu menganalisis seni berbasis lingkungan. Dari uraian tersebut, evaluasi pembelajaran seni dapat dipilih sebagai berikut :
  1. Evaluasi kurikulum pendidikan seni, yang berkaitan dengan :
a.       Evaluasi tujuan umum pendidikan seni,
b.      Evaluasi bermaknaan pendidikan seni,
c.       Evaluasi sumber-sumber yang digunakan sebagai pendukung pembelajaran dalam pendidikan seni, seperti sumber-sumber ideologis, psikologis, financial dan fisik.
  1. Evaluasi pembelajaran seni yang berkaitan dengan :
a.       Teknik mengomunikasikan konsep-konsep tentang seni,
b.      Perlakuan secara individual dan sosial dalam kelas,
c.       Pengarahan pola-pola perilaku siswa dengan berbagai motivasinya,
d.      Kemampuan guru dalam bidang seni,
e.       Keterampilan guru dalam pembelajaran seni dengan berbagai inovasi pembelajarannya,
f.       Sikap guru kepada siswa yang berkaitan dengan keadilan, kemanusiaan dan kesosialannya.
  1. Evaluasi pembelajaran yang berkaitan dengan :
a.       Media pembelajaran yang digunakan,
b.      Bentuk-bentuk penilaian proses dan hasil pembelajaran seni
c.       Keterlibatan siswa dalam ikut menilai hasil karya seninya dan hasil teman sebayanya.
  1. Bila setiap guru memahami bentuk bagaiman mengelola kegiatan pembelajaran seni rupa dan menilai karya seni yang dimulai dari persiapan, proses dan hasilnya dengan menggunakan berbagai pertimbangan penilaian dan semuanya diimplementasikan pada pembelajaran seni rupa pada setiap tingkat dan jenjang pendidikan, hasilnya akan diterima oleh masyarakat dengan baik sehingga tujuan pendidikan yang mencerminkan pendidikan nilai, agar siswa mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan cita-cita yang diamanatkan oleh UU Pendidikan tersebut amat berat namun bisa dicapai secara bertahap, dan dimulai sejak usia dini. Bila penanaman nilai sejak usia dini telah ditanamkan dan penanaman tersebut berkesinambungan sampai pada tingkat pendidikan menengah, apa yang dicita-citakan tersebut dapat dicapai.
2.4 Kedudukan Seni Rupa di Tingkat Sekolah Dasar
Seni rupa di sekolah dasar merupakan suatu mata pelajaran yang mudah dilakukan. Barangkali, setiap guru yang berminat mengajar menggambar bisa melakukan pembelajaran seni rupa di sekolah dasar. Namun, perlu diketahui bahwa pendidikan seni rupa di sekolah dasar adalah suatu fondasi pada kegiatan seni, suatu pendidikan nilai, yang akan menanamkan rasa indah pada setiap siswa. Setiap anak pada masa anak-anak mempunyai tahapan perkembangan yang perlu diperhatikan bagi guru seni rupa.
Mata pelajaran seni rupa merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di sekolah dasar di tingkat sekolah dasar. Mata pelajaran ini disajikan dari kelas 1 SD sampai jenjang berikutnya. Dengan alokasi waktu yang disediakan dan bahan ajaran yang cukup beragam pada umumnya para guru terutama guru SD, tidak dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar itu sebagaimana mestinya. Berdasarkan beberapa penelitian (Syafii, 1999) menunjukkan bahwa para guru menunjukkan bahwa para guru merasa tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk mengajarkan materi-materi tersebut. Mereka merasa tidak berbakat, oleh karena menurut anggapan mereka, guru yang mengajar pendidikan seni harus memiliki bakat. Disamping itu mereka juga berpendapat bahwa pendidikan seni merupakan pelajaran yang tidak penting. Alasan mereka adalah bahwa pelajaran seni termasuk mata pelajaran yang tidak diunaskan. Bahkan diantara mereka ada yang setuju jika mata pelajaran seni rupa dihapus dari struktur program kurikulum.
Kondisi nyata atas kegiatan pembelajaran seni rupa ini sungguh sangat menyedihkan. Menurut anggapan para ahli pendidikan seni rupa ini merupakan sarana yang paling efektif bagi pendidikan kreatifitas. Pendidikan seni juga dapat menjadi sarana pendidikan afektif dalam kerangka memfasilitasi ekspresi dan bakat anak. Disamping itu juga pendidikan seni dapat menjadi wahana pendidikan ketrampilan. Jadi secara konseptual pendidikan seni amat besar peranannya bagi pendidikan anak, terutama di SD.

























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seni rupa adalah jenis seni yang menggunakan media atau unsur-unsur rupa (visual), unsur-unsur yang dapat di indera oleh mata. Kurikulum pada tingkat satuan pendidikan bisa disusun berdasarkan kemampuan sekolah dengan selalu memperhatikan petunjuk kompetensi dasar pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sebagian besar sekolah dasar masih menggunakan kurikulum 2006 karena pada dasarnya kita masih mengacu pada kurikulum tersebut.
Dalam pendidikan seni rupa, kegiatan evaluasi itu sangat penting untuk bisa menghargai karya teman sejawat, menilai hasil karya diri sendiri maupun orang lain, serta mengetahui keberhasilan pembelajaran pada program yang dirancang beserta perangkatnya. Kedudukan pendidikan seni rupa merupakan sarana yang paling efektif bagi pendidikan kreatifitas. Pendidikan seni juga dapat menjadi sarana pendidikan afektif dalam kerangka memfasilitasi ekspresi dan bakat anak. Disamping itu juga pendidikan seni dapat menjadi wahana pendidikan ketrampilan. Jadi secara konseptual pendidikan seni amat besar peranannya bagi pendidikan anak, terutama di SD.
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru sebaiknya tidak mengesampingkan pendidikan seni rupa meskipun mata pelajaran ini tidak di unaskan, sebab dalam pendidikan seni rupa siswa dapat menyalurkan kreatifitas dan bakatnya. Sehingga guru harus menjadi fasilitator dan sebagai penyalur bakat yang dimiliki siswa. Guru harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam bidang seni rupa ini.




DAFTAR PUSTAKA

Syafii, dkk. 2004. Materi dan Pembelajaran Kertakes SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Kamaril cut, dkk. 2002. Pendidikan Seni Rupa / Kerajinan Tangan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Nasution S. 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Udanarto. 1990. Pendidikan Seni Rupa : Buku Guru SD. Jakarta : Depdikbud.

Bahari Nooryan. 2008. Kritik Seni : Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

http://pdfcast.org/download/kajian-kebijakan-kurikulum-seni-budaya.pdf   (Diakses pada 23-03-2012, 08.40)
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kurikulum%20pendidikan%20seni%20rupa%20sd&source=web&cd=3&sqi=2&ved=0CC0QFjAC&url=http%3A%2F%2Fgugurmayang.net78.net%2Findex.php%3Foption%3Dcom_phocadownload%26view%3Dcategory%26id%3D1%3Amaterikuliah%26download%3D7%3Akurri%26Itemid%3D54&ei=r2xsT7yQFofwrQfq6-yUAg&usg=AFQjCNE7bIZ-cQ8J-4PPyG_GjWUDqi68HA&cad=rja
(Diakses pada 23-03-2012, 09.00)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/modul%20pembelajaran%20seni%20rupa.pdf         (Diakses pada 23-03-2012, 09.00)

0 komentar: